cover
Contact Name
pramesti
Contact Email
fadesti@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
fadesti@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota surakarta,
Jawa tengah
INDONESIA
Gelar : Jurnal Seni Budaya
ISSN : 14109700     EISSN : 26559153     DOI : -
Core Subject : Humanities, Art,
Gelar focuses on theoretical and empirical research in the Arts and Culture.
Arjuna Subject : -
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 16, No 2 (2018)" : 10 Documents clear
MAKNA SIMBOLIK TOR-TO RSOMBAH DALAM UPACARA ADAT KEMATIAN SAYUR MATUA PADA MASYARAKAT SUKU BATAK SIMALUNGUN Febrina Athylata Purba; S Slamet
Gelar : Jurnal Seni Budaya Vol 16, No 2 (2018)
Publisher : Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (333.711 KB) | DOI: 10.33153/glr.v16i2.2490

Abstract

Penelitian yang berjudul “Makna Simbolik Tor-torsombah Dalam Upacara Adat Kematian Sayur Matua Pada Masyarakat Suku Batak Simalungun” merupakan bentuk pertunjukan tari yang terkait dalam upacara adat kematian sayur matua. Penelitian ini bertujuan untuk menggali makna simbolik Tor-tor Sombah dalam upacara adat kematian sayur matua, bagaimana hubungan antara Tor-tor Sombah Sombah dengan upacara adat kematian sayur matua pada masyarakat suku Batak Simalungun, serta bentuk pertunjukan Tor-tor Sombah Sombah dalam upacara adat kematian sayur matua. Permasalahan dalam penelitian ini diungkapkan dengan mendeskripsikan bentuk dari Tor-tor Sombah Tor-tor Sombah yang dilihat dari elemen-elemen koreografi dengan dibantu oleh notasi laban dan dianalisis dengan memakai teori dari Laban yaitu effort dan shape. Selain itu juga dalam penelitian ini bertujuan untuk menganalisis makna simbolis Tor-tor Sombah yang dilihat dari dua bagian yaitu aspek dalam dan aspek luar dengan konsep dari Allegra Fuller Synder. Adapun metode yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan etnokoreologi. Teknik pengumpulan data lapangan menggunakan model dari Kurath dengan metode etnografi tari. Hasil penelitian menunjukan bahwa Tor-tor Sombah Tor-tor Sombah dalam upacara adat kematian sayur matua bagi masyarakat suku Batak Simalungun dilaksanakan sebagai penyampaian rasa hormat anak kepada orang tua yang sudah meninggal. Tor-tor Sombah dalam kehidupan masyarakat suku Batak Simalungun saling berkaitan dan merupakan bagian dari adat yang digerakkan secara simbolis pada upacara adat. Tor-tor Sombah memiliki makna dan simbol dalam unsur sajian yang ditampilkan yaitu: dalam gerak tangan, iringan musik, busana, tata rias, properti, dan umpasa. Gerakan pada tangan yang terdapat dalam Tor-tor Sombah mempunyai tigabentuk, yaitu :sombah, mangalo-alo, mamasu-masu. Selain menunjukkan bahwa Tor-tor Sombah memiliki makna simbolik, berkaitan juga sebagai media komunikasi, dan melalui gerak yang disajikan terjadi interaksi antar peserta upacara. Tor-tor Sombah menjadi bagian dari kebudayaan yang berfungsi untuk menjaga serta mempertahankan kelangsungan sistem sosialnya pada masyarakat suku Batak Simalungun. Kata kunci: or-tor Sombah, Upacara Adat Kematian Sayur Matua Batak Simalungun, Koreografi, Makna Simbolik. ABSTRACT The study entitled “Makna Simbolik Tor-tor Sombah Dalam Upacara Adat Kematian Sayur Matua Pada Masyarakat Suku Batak Simalungun” is a form of dance performance concerning the traditional ceremony of Sayur Matua death. This study aims to explore the symbolic meaning of Tor-tor Sombah in Sayur Matua death ceremony, how the relationship between Tor-tor Sombah and the traditional ceremony of Sayur Matua death in Batak Simalungun tribe, as well as the form of Tor-tor Sombah performance at the ceremony of Sayur Matua death. The problems in this study are expressed by describing the form of Tor-tor Sombah Tor-tor Sombah which is seen from the choreographic elements through Laban notation and is analyzed by using Laban theories, namely effort and shape. In addition, this study also aims to analyze the symbolic meaning of Tor-tor Sombah based on the inner and outer aspects with the concept of Allegra Fuller Synder. The data is collected by using qualitative method with an ethnochoreological approach. The Field data collection uses models fromKurath through dance ethnographic methods. The results of the study show that Tor-tor Sombah in Sayur Matua death ceremony in Batak Simalungun tribe represents the delivery of children’s respect towards their deceased parents. The Tor- tor Sombah is interrelated with the life of Batak Simalungun tribe and is part of the custom that is symbolically presented in traditional ceremonies. Tor-tor Sombah has meanings and symbols in the elements of presentation, namely: hand gestures, musical accompaniment, costume, make-up, property, and umpasa. There are three forms of hand gestures in the Tor-tor Sombah, namely: sombah, mangalo alo, mamasu-masu. Besides the symbolic meaning contained in Tor-tor Sombah, it also represents a medium of communication. The presented movement causes an interaction among the participants of the ceremony. The Tor-tor Sombah is part of a culture that serves to maintain the continuity of its social system in Batak Simalungun tribe. Keywords: Tor-tor Sombah, Traditional Ceremony of Sayur Matua Death of Batak Simalungun, Choreography, Symbolic Meanings.
TRANSFORMASI DEO KAYANGAN MENJADI TARI MAMBANG DEO-DEO KAYANGAN DI PEKANBARU Nur Desmawati; Sri Rochana Widyastutieningrum
Gelar : Jurnal Seni Budaya Vol 16, No 2 (2018)
Publisher : Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (7335.836 KB) | DOI: 10.33153/glr.v16i2.2484

Abstract

ABSTRAKDeo Kayangan merupakan ritual pengobatan penyakit yang disebabkan oleh kekuatan gaib. Ritual ini ada di Kelurahan Tebing Tinggi Okura, Kecamatan Rumbai Pesisir, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau. Ritual tersebut dipimpin oleh dukun Melayu bernama Tuk Damai. Tuk Damai diminta oleh masyarakat untuk menjadikan ritual tersebut sebagai hiburan dengan membuat imitasi Deo Kayangan yang diberi nama Badeo. Realitas tersebut memberikan kebebasan penafsiran baru oleh Wan Harun Ismail dengan mentransformasi menjadi suatu bentuk baru serta fungsi dan makna yang berbeda yaitu ditransformasi menjaditari Mambang Deo-Deo Kayangan sebagai ungkapan ekspresi. Fenomena ini kemudian menjadi sebuah topik pembicaraan yang hangat di Pekanbaru sejak tarian karya Wan Harun Ismail tersebut tampil di acara Parade Tari dan Pemilihan Bujang Dara Kota Pekanbaru. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan fenomena tersebut secara runut. Mulai dari bentuk asli ritual Deo Kayangan hingga menjadi tari Mambang Deo-Deo Kayangan, mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi sosok Wan Harun Ismail sebagai seniman yang melakukan transformasi Deo Kayangan menjadi tari Mambang Deo-Deo Kayangan, serta menjelaskan tanggapan masyarakat terhadap transformasi bentuk Deo Kayangan menjadi tari Mambang Deo-Deo Kayangan.Kata kunci: Ritual Deo Kayangan, transformasi, Tari Mambang Deo-Deo Kayangan.ABSTRACTDeo Kayangan is a ritual for the treatment of diseases caused by magical powers. This ritual is in the Village of Tebing Tinggi Okura, Rumbai Pesisir District, Pekanbaru City, Riau Province. The ritual was led by a Malay shaman named Tuk Damai. Tuk Damai was asked by the community to make the ritual an entertainment by making a Deo Kayangan imitation named Badeo. The reality provides a free interpretation of Wan Harun Ismail by transforming it into a new form and different functions and meanings which are transformed into Mambang Deo-Deo Kayangan dance as his expression. This phenomenon later became a hot topic of conversation in Pekanbaru since the dance by Wan Harun Ismail appeared in the Dance Parade and the Election of Bujang Dara Kota Pekanbaru. This study aims to explain this phenomenon in a continuous manner. It starts from the original form of Deo Kayangan ritual up to the Mambang Deo-Deo Kayangan dance; knowing the factors that influence Wan Harun Ismail as an artist who transforms Deo Kayangan into Mambang Deo-Deo Kayangan dance and explains the community’s response to Deo Kayangan’s transformation into Mambang Deo-Deo Kayangan dance.Keywords: Deo Kayangan Ritual, transformation, Mambang Deo-Deo Kayangan Dance.
REKONSTRUKSI TARI BEDHAYA ENDHOL-ENDHOL OLEH GUSTI KANJENG RATU WANDANSARI DI KRATON KASUNANAN SURAKARTA HADININGRAT Kezia Putri Herawati; Nanik Sri Prihatini
Gelar : Jurnal Seni Budaya Vol 16, No 2 (2018)
Publisher : Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (752.467 KB) | DOI: 10.33153/glr.v16i2.2489

Abstract

ABSTRAK Tari Bedhaya Endhol-Endhol diciptakan oleh I.S.K.S Paku Buwono X khusus ditarikan oleh putri-putri raja. Setelah I.S.K.S Paku Buwono X wafat tari ini sudah tidak pernah dipentaskan lagi, sehingga bentuk dan tekniknya sudah tidak nampak. Akhirnya muncul gagasan dari para pemangku adat yang dipimpin oleh Gusti Kanjeng Ratu Wandansari untuk merekonstruksi tari Bedhaya Endhol- Endhol. Berdasarkan fenomena tersebut maka diungkap bagaimana proses dan hasil rekonstruksi tari Bedhaya Endhol-Endhol oleh Gusti Kanjeng Ratu Wandansari. Konsep revitalisasi Sri Rochana Widyastutiningrum dan konsep aspek-aspek dasar koreografi Sumandiyo Hadi pun digunakan untuk mengetahui proses dan bentuk tari Bedhaya Endhol-Endhol hasil rekonstruksi. Hasil yang diperoleh bahwa proses tersebut mencakup ide dan latar belakang, proses penggalian yang terdiri atas penggalian gendhing, penggalian gerak, serta tempuk gendhing. Kemudian di dalamnya terjadi proses interpretasi mengenai semua komponen yang membentuk tari Bedhaya Endhol-Endhol. Bentuk tari Bedhaya  Endhol-Endhol hasil rekonstruksi mencakup aspek (1) Deskripsi tari, (2) Gerak Tari, (3) Pola Lantai, (4) Musik Tari, (5) Judul Tari, (6) Tema Tari, (7) Jumlah dan Jenis Kelamin, (8) Rias dan Busana, (9) Ruang Tari, (10) tata Cahaya. Hasil rekonstruksi tari Bedhaya Endhol-Endhol oleh Gusti Kanjeng Ratu Wandansari telah mengembalikan kembali tari Bedhaya Endhol-Endhol yang sempat ditinggalkan, meskipun belum dapat mewujudkan konsep tari Bedhaya Endhol-Endhol yang menitikberatkan pada karakter bocah. Kata kunci: Rekonstruksi, Bedhaya Endhol-Endhol, Gusti Kanjeng Ratu Wandansari. ABSTRACT Bedhaya Endhol-Endhol dance was created by I.S.K.S Paku Buwono X. It is specially run by the princesses. After I.S.K.S Paku Buwono X died, the dance has never been staged again, so its form and technique have not been seen. Finally, there came the idea of the traditional actors led by Lord Kanjeng Ratu Wandansari to reconstruct Bedhaya Endhol-Endhol dance. Based on this phenomenon, it is revealed how the process and result of Bedhaya Endhol-Endhol dance reconstruction by Gusti Kanjeng Ratu Wandansari. The concept of revitalization by Sri Rochana Widyastutiningrum and the concepts of the basic aspects of Sumandiyo Hadi’s choreography were also used to determine the process and form of Bedhaya Endhol-Endhol dance reconstruction. The results obtained include the idea and the background, the excavation process consisting of excavating gendhing, motion excavation, and tempuk gendhing. Then there is a process of interpretation of all the components that make up Bedhaya Endhol-Endhol dance. The form of reconstructed Bedhaya Endhol-Endhol dance is covering the aspects (1) Dance description, (2) Dance movements, (3) Floor pattern, (4) Dance music, (5) Dance title, (6) Dance theme and gender, (8) Make-up and Clothing, (9) Dance Room, (10) Lighting. The reconstruction of Bedhaya Endhol-Endhol dance by Gusti Kanjeng Ratu Wandansari has restored Bedhaya Endhol-Endhol dance that had been abandoned, although it has not been able to realize the Bedhaya Endhol- Endhol dance concept that emphasizes the character of the child. Keywords: Reconstruction, Bedhaya Endhol-Endhol, Gusti Kanjeng Ratu Wandansari.
ANALISIS DEKONSTRUKSI PERISTIWA TEATER TU(M)BUH KARYA TONY BROER Andi Taslim Saputra
Gelar : Jurnal Seni Budaya Vol 16, No 2 (2018)
Publisher : Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1246.668 KB) | DOI: 10.33153/glr.v16i2.2485

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan menjelaskan peristiwa teater Tu(m)buh mendekonstruksi konstruksi elemen dan konvensi teater. Kajian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dan pendekatan dekonstruksi. Pengumpulan data menggunakan cara observasi, wawancara dan analisis data. Hasilnya menunjukkan, pertama: peristiwa Tu(m)buhmelakukan pembongkaran persepsi keaktoran. Aktor dan penonton menjadi subjek aktor yang setara, kedua: pembongkaran mengenai persepsi ruang. Persepsi ruang yang digunakan menolak fungsi dan kegunaannya. Ruang yang membebaskan subyek untuk memonopolinya, ketiga: pembongkaran mengenai tubuh sebagai gagasan.Kata kunci: Peristiwa Teater, Dekonstruksi, Tu(m)buh, Tony Broer.ABSTRACTThis study aims to explain the events of the theater Tu (m) buh deconstructing the construction of the elements and conventions of theater. This study uses qualitative research methods and deconstruction approaches. Data collection uses observation, interviews and data analysis. The results show that firstly: the Tu(m) event has deconstructed the perception of actor. Actors and audiences become equal subject of actors; secondly: deconstruction regarding the perception of space. The perception of space used rejects the functionand usefulness. The space frees the subject to monopolize it, thirdly: deconstructing the body as an idea.Keywords: Theater, Deconstruction, Tu (m) buh, Tony Broer Events
Robot Sebagai Sumber Inspirasi Penciptaan Karya Seni egi sofiandika; Narsen Avatara
Gelar : Jurnal Seni Budaya Vol 16, No 2 (2018)
Publisher : Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33153/glr.v16i2.2188

Abstract

Abstrak  Egi Sofiandika. C0613018. 2013. ROBOT SEBAGAI SUMBER INSPIRASI PENCIPTAAN KARYA SENI (DALAM DIGITAL PAINTING). Pengantar Tugas Akhir (S-1). Program Studi Seni Rupa Murni. Fakultas Seni Rupa dan Desain. Universitas Sebelas Maret. Tugas Akhir ini menginterpretasikan gagasan imajinasi penulis dalam judul robot sebagai sumber inspirasi penciptaan karya seni, yaitu robot sebagai tema utama. Terdapat beberapa permasalahan yang dibahas dalam Tugas Akhir ini, yaitu; 1) apa yang terjadi terjadi robot, 2) membahas robot dalam penciptaan karya seni ke digital painting 3) memvisualisasikan bentuk robot kedalam karya seni digital painting. robot diciptakan guna memenuhi kebutuhan kosumen, ada pun jenisnya; robot mobile, robot manipulator, robot humanoid, flying robot, robot berkaki, robot animalia, robot cyborg. perkembangan teknologi robot meledak begitu pesatnya seakan-akan tidak ada ujungnya. Tahun demi tahun perusahan yang berbasis teknologi berlomba-lomba dalam menciptakan teknologi robotnya terlihat seperti ajang pamer untuk menunjukan siapa yang lebih unggul dalam menciptakan. Penulis tertarik mengambil tema tersebut, di karenakan penulis beranggapan bahwa robot merupakan teknolgi yang misterius dan ingin memaparkan sudut pandangnya tentang gambaran robot. Tujuan dari penulis ialah mendiskripsikan perkembangan teknologi bebasis robot, serta berharap karya lukis digital painting dapat menjadi masukan bagi ilmu pengetahuan terutama di bidang seni. Metode Penciptaan melaui penggalian ide dari pengamatan dan sebuah perenungan berdasarkan sumber yang di dapat, dan hasil pengamatan dikonsep melalui rancangan sketsa yang ditata berdasarkan asas keseni rupaan, tahapan terakhir ialah, memindahkan ide yang terkonsep menjadi gambar yang di buat sedemikian rupa dengan menggunakan teknik digital painting. Hasil karya yang diolah melalui pendekatan  simbolisme visual yang bersifat komunikatif dan umum, yang dikemas secara estetik, diharapan penikmat tertarik, terhiburan dan paham untuk melihat apa yang disampaikan oleh karya lukis serta pesan moral yang terkandung didalamnya.   Kata kunci: robot, digital painting, Seni Lukis
DAMAR KURUNG HASIL AKULTURASI KEBUDAYAAN MASYARAKAT GRESIK Firman Azis; Novita Wahyuningsih
Gelar : Jurnal Seni Budaya Vol 16, No 2 (2018)
Publisher : Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1052.662 KB) | DOI: 10.33153/glr.v16i2.2486

Abstract

ABSTRAKDamar kurung memiliki kemiripan seperti lampion yang berasal dari Cina yaitu sebagai sebuah lentera namun memiliki bentuk yang berbeda. Hal ini disebabkan karena akulturasi yang terjadi di daerah Gresik. Damarkurung sempat berada diambang kepunahan, namun berkat seorang seniman bernama Masmundari yang mengangkat kembali dan melestarikan damar kurung sehingga masih tetap bertahan sampai sekarang ini. Tujuandibuatnya penulisan ini adalah untuk menjelaskan bagaimana asal-usul damar kurung ini dapat tercipta dan menjadi kebudayaan dari masyarakat Gresik. Pendekatan yang dilakukan adalah dengan pendekatan sejarah dan studi literatur. Sumber informasi atau sumber data didapat dari buku-buku, jurnal, artikel serta gambar atau foto yang berhubungan dengan penulisan ini. Sehingga pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan yang dapat diterima oleh masyarakat luas mengenai sejarahdamar kurung yang merupakan peninggalankebudayaan dari daerah Gresik. Manfaat dari dibuatnya penulisan artikel ini adalah agar masyarakat bisa menambah wawasan kebudayaan mengenai damar kurung, dan juga sebagai sumber informasi danreferensitentang damar kurung. Damar kurung masih bisa dilestarikan oleh masyarakat modern, baik oleh orang dewasa maupun oleh anak-anak agar kebudayaan Indonesia khususnya dari daerah Gresik dapat terus dinikmati sampai kapanpun.Kata kunci: Akulturasi, Damar Kurung, Gresik, Kebudayaan, Masyarakat.ABSTRACTDamar Kurung are similar to Chinese lanterns which have different shapes. This is due to the acculturation that occurred in Gresik area. Damar Kurung had almost been extinct but it still survives today because of the artist named Masmundari who raised and preserved Damar Kurung. The purpose of this writing is to explain how the origins of Damar Kurung that becomes a culture of Gresik community. The approach taken is a historical approach and literary study. Data sources come from books, journals, articles and images or photos related tothis writing. So that the conclusions regarding the history can be drawn and accepted by the community of Damar Kurung which represent the cultural relics from Gresik area. This article is very useful that people canadd their cultural insights about Damar Kurung and besides, it is also as a source of information and references about Damar Kurung. Damar Kurung can still be preserved by modern society, by adults as well as bychildren so that Indonesian culture especially from Gresik area can be enjoyed at any time.Keywords: Acculturation, Damar Kurung, Gresik, Culture, community.
ALUA JO PATUIK PROSES KREATIF SIMARANTANG KARANG MANIH EFYUHARDI Fani Dilasari
Gelar : Jurnal Seni Budaya Vol 16, No 2 (2018)
Publisher : Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (999.553 KB) | DOI: 10.33153/glr.v16i2.2492

Abstract

ABSTRAK Keindahan intelektual adalah pemikiran yang indah berdasarkan ilmu pengetahuan. Keindahan dalam arti estetik murni menyangkut pengalaman estetis dari seseorang dalam hubungannya dengan segala sesuatu yang dicerapnya. Pengetahuan tradisi yang dimiliki Efyuhardi sebagai putra daerah Pariaman, serta ilmu teater yang didapatkannya melalui pendidikan Seni Teater menjadikan karya Simarantang Karang Manih menarik untuk ditinjau dari proses kreatif. Tindakan kreatif Efyuhardi mengimplementasi budaya Pariaman ke dalam bentuk Simarantang diidentifikasi sebagai Tuo Randai.1 Tindakan kreatif Efyuhardi pada penciptaan Simarantang Karang Manih bernaung pada estetika Minangkabau yaitu Alua jo Patuik.Kata kunci: Simarantang Karang Manih, Efyuhardi, Proses Kreatif dan Alua jo Patuik. ABSTRAK Intellectual beauty is the beautiful thinking based on science. Beauty in a pure aesthetic sense concerns with the aesthetic experience of a person in relation to everything he perceives. Traditional knowledge belongs to Efyuhardi as a son of the Pariaman region as well as the theater knowledge he got made the work of Simarantang Karang Manih interesting to be reviewed in case of its creative process. Efyuhardi’s Creative action in implementing the Pariaman culture in the form of Simarantang is identified as Tuo Randai. Efyuhardi’s creative action in the creation of Simarantang Karang Manih is based on the Minangkabau aesthetic, namely Alua jo Patuik. Keywords: Simarantang Karang Manih, Efyuhardi, Creative Process and Alua jo Patuik.
PROSES REVITALISASI TARI PAKARENA LAIYOLO OLEH SANGGAR SELAYAR ART DI KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR Dewi Primasari
Gelar : Jurnal Seni Budaya Vol 16, No 2 (2018)
Publisher : Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (261.012 KB) | DOI: 10.33153/glr.v16i2.2487

Abstract

ABSTRAKArtikel ini merupakan hasil dari penelitian yang memfokuskan pada pokok permasalahan bagaimana proses revitalisasi tari Pakarena Laiyolo oleh Sanggar Selayar Art. Tujuan penelitian ini untuk memahami dan menjelaskan setiap tahap proses revitalisasi yang dilakukan oleh sanggar Selayar Art untuk menghidupkan kembali tari Pakarena Laiyolo. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif, dengan pendekatan interaksi analisis. Hasil penelitian yaitu memaparkan hasil kajian berupa proses yang dilakukan oleh Sanggar Selayar Art dalam upaya melestarikan tari Pakarena Laiyolo.Kata kunci: Sanggar Selayar Art, tari Pakarena Laiyolo.ABSTRACTThis article is the result of a study that focuses on the subject matter of how the process of revitalization of Pakarena Laiyolo dance is by Sanggar Selayar Art. The purpose of this study was to understand and explain each stage of the revitalization process carried out by the Selayar Art studio in order to revive Pakarena Laiyolo dance. The research method used is qualitative research method with an interaction analysis approach. The results describe about results of the study in the form of a process carried out by Selayar Art Studio in an effort to preserve the Pakarena Laiyolo dance.Keywords: Selayar Art Studio, Pakarena Laiyolo Dance.
KRITIK SOSIAL SEBUAH CINTA (DALAM SENI LUKIS) Leska Latansa Dina; Yayan Suherlan; Dona Prawita
Gelar : Jurnal Seni Budaya Vol 16, No 2 (2018)
Publisher : Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (9401 KB) | DOI: 10.33153/glr.v16i2.2491

Abstract

ABSTRAK Jurnal ini menginterpretasikan gagasan imajinasi penulis dalam judul kritik sosial sebuah cinta sebagai tema utama. Terdapat beberapa permasalahan yang dibahas dalam hal ini, yaitu; 1) hubungan antara cinta dengan kondisi sosial masyarakat yang digambarkan dalam seni lukis, 2) membahas tema kritik sosial sebuah cinta dalam seni lukis?, 3) memvisualisasikan kritik tentang cinta dalam sudut pandang sosial melalui karya seni lukis. Cinta merupakan hasrat naluriah manusia yang diberikan oleh Tuhan, cinta melibatkan perasan emosi yang dalam, dan berefek keindahan bagi penikmatnya. Aktifitas bercinta sebagai pengungkapan hasrat rasa saling cinta antar sesama manusia, menjadi aktifitas yang terlarang ketika melanggar norma sosial kesusilaan, dan dapat menjerumuskan seseorang ke arah degradasi moral serta memberikan dampak negatif secarapsikologis, seperti penyimpangan orientasi seksual, depresi, hingga terjadi kasus bunuh diri. Sehingga pada kasus tertentu dapat mengakibatkan tindakan diluar akal sehat dan tidak berperikemanusiaan seperti aborsi dan kasus pembunuhan. Penulis tertarik mengambil tema tersebut, dikarenakan penulis terketuk hati nuraninya ingin memaparkan sudut pandangnya tentang kritik sosial dari degradasi moral yang berkembang di masyarakat yang di atas namakan cinta. Tujuan dari penulis ialah menjadikan karya lukis sebagai media kritik atas penyimpangan sosial yang terjadi di masyarakat serta Mendiskripsikan degradasi moral manusia akibat pemahaman yang dangkal tentang cinta. Metode Penciptaan melaui penggalian ide dari pengamatan dan sebuah perenungan, dan hasil pengamatan dikonsep melalui rancangan sketsa yang ditata berdasarkan asaskeseni rupaan, tahapan terakhir ialah, memindahkan ide yang terkonsep ke dalam kanvas dengan cat minyak, yang di padu dengan sapuan kuas teknik opaque. Hasil karya yang diolah melalui pendekatan simbolisme visual yang bersifat komunikatif dan umum, yang dikemas secara estetik, diharapan penikmat tertarik untuk melihat apa yang disampaikan oleh karya lukis serta pesan moral yang terkandung di dalamnya. Kata kunci: kritik sosial, cinta, seni lukis. ABSTRACTThis journal interprets the idea of the author’s imagination in the title “Kritik Sosial Sebuah Cinta” as the main theme. There are several problems discussed in this regard, namely: 1) the relationship between love and the social conditions of society described in painting arts, 2) discussing the theme of social criticism of love in painting, 3) visualizing criticism of love in a social perspective through love. Love is an instinctive desire of human given by God. Love involves deep emotional feelings, and has beautiful effect for the connoisseurs. The act of making love as an expression of mutual love between human beings is prohibited when it is violating social norms of decency and can plunge someone towards moral degradation, have a negative psychological impact, such as sexual orientation deviation, depression, and suicide. In certain cases, it can lead to the actions beyond common sense and inhumane such as abortion and murder cases. The author is interested intaking the theme because of his consciousness to explain his point of view about social criticism on moral degradation in the name of love that develops in the community. The author aims to make painting as a mediaof criticism on social deviations that occur in society and to describe the degradation of human moral due to superficial understanding of love. The creation method is through extracting ideas from observations and contemplation, and the results are conceptualized through sketch designs arranged based on the principles of visual arts. The final stage is to move the conceptual ideas into canvas with oil paint, which are combined with opaque techniques. The work that is processed through the communicative and general visual symbolism approach, which is packed aesthetically, is expected to make the audience interested in seeing what is conveyed by the painting and the moral messages contained in it.  Keywords: social criticism, love, painting arts.
BLANGKON DAN KAUM PRIA JAWA Anugrah Cisara
Gelar : Jurnal Seni Budaya Vol 16, No 2 (2018)
Publisher : Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (591.506 KB) | DOI: 10.33153/glr.v16i2.2488

Abstract

ABSTRAK Blangkon pola Surakarta dan Yogyakarta merupakan salah satu tutup kepala bagi kaum pria Jawa, yang memiliki makna yang mendalam, baik itu makna keindahan maupun makna kepribadian, bentuk blangkon Surakarta dan Yogyakarta memang memiliki perbedaaan, akan tetapi dibalik semuanya itu ada persamaan makna dimana bentuk dan pola blangkon yang indah dapat menunjukkan kewibawaan seorang pria, adapun kewibawaan tersebut akan berpengaruh terhadap tingkah laku pemakainya yang sesuai dengan etika di tengah masyarakat. Kata kunci: blangkon pola Surakarta dan Yogyakarta, makna. ABSTRACT Surakarta and Yogyakarta pattern of blangkon is one of the headgears for Javanese men, which has deep meaning, both the meaning of beauty as well as personality. Surakarta and Yogyakarta blangkon have different forms but behind the difference there are similar meanings in which the beautiful form and pattern of blangkon represent the authority of a man. The authority, then, will affect the behavior of the wearer in accordance to the ethics in the community. Keywords: Surakarta and Yogyakarta pattern of blangkon, meaning.

Page 1 of 1 | Total Record : 10